INTI PADMA

Icon INTI PADMA
SANGGAR
SATTVIKA MEDITASI

Entri Populer

CONTACT

Telepon Call
TELEPHONE & SMS
Hp : 0857-2877-5740 ( m3 ) Hp : 0852-0042-3557 ( AS )

Blackberry Toko Online
BLACKBERRY
7D603818

Icon WhatsApp
WhatsApp
No: 0857-2877-5740

DONASI


a/n Ahmad sodik
No: 422-100-320-3267

Anda pengunjung ke

Translate

Senin

WUDHU DHAHIR DAN BATHIN


Suatu ketika ada seorang ahli ibadah bernama Isam bin Yusuf, dia sangat warak dan sangat khusyuk solatnya. Namun dia selalu khawatir kalau-kalau ibadahnya kurang khusyuk dan selalu bertanya kepada orang yang dianggapnya lebih ibadahnya, demi untuk memperbaiki dirinya yang selalu dirasakan kurang khusyuk.

'Isham bin Yusuf mendatangi majelis Hatim Al 'Asham kemudian bertanya, wahai Hatim Al 'Asham bagaimanakah engkau melaksanakan shalat ?
Hatim Al 'Asham menoleh ke arah 'Isham bin Yusuf lalu menjawab, jika datang waktu shalat maka saya segera berwudhu baik secara dzahir maupun bathin.
Apa yang engkau maksudkan dengan wudhu secara bathin ? tanya 'Isham bin Yusuf.
Jika wudhu secara dhahir adalah membasuh anggota wudhu dengan air, maka wudhu secara bathin adalah membasuh anggota wudhu dengan tujuh perkara yaitu:

1.Taubat,
2. Penyesalan,
3. Meninggalkan kecintaan dunia,
4. Meninggalkan pujian makhluq,
5. Meninggalkan jabatan,
6. Meninggalkan kedengkian dan
7. Meninggalkan hasad.

Kemudian Hatim melanjutkan, setelah itu saya pergi ke masjid dan mempersiapkann anggota tubuh dan menghadap ke arah kiblat. Pada saat itu saya berdiri diantara rasa harap dan cemas, dan saya merasa bahwa Allah melihatku. Saya merasakan seakan-akan syurga ada di sebelah kananku, neraka di sebelah kiriku, sedangkan Malaikat Maut ada di belakangku, dan aku merasa seakan-akan meletakkan kedua kakiku di atas shirat al mustaqim dan pada saat itu aku menganggap bahwa shalat yang aku laksanakan adalah shalat terakhirku. Kemudian aku berniat dan takbir dengan sebenar-benarnya, membaca bacaan shalat dengan penuh perenungan, ruku' dengan penuh kerendahan dan sujud dengan penuh perasaan hina di hadapan Allah, tasyahhud dengan penuh harap serta salam dengan penuh keikhlasan.

Seperti itulah shalat yang aku lakukan sejak tiga puluh tahun terakhir ini, jelas Hatim Al 'Asham.
'Isham bin Yusuf tertegun dan menangis sambil berkata, yang demikian itu hanya engkau yang mampu melakukannya dalam masa saat ini, wahai Hatim.

Dari Abu Hurairah Rasulullah bersabda,” Apabila seorang hamba muslim atau mukmin berwudhu, lalu membasuh wajahnya maka keluarlah dari wajahnya segala dosa-dosa karena penglihatan matanya bersama dengan air atau bersama tetes air yang terakhir. Apabila membasuh kedua tangannya maka keluarlah dari kedua tangannya segala dosa-dosa karena perbuatan kedua tangannya bersama dengan air atau bersama tetes air yang terakhir. Apabila membasuh kedua kakinya maka keluarlah dari kedua kakinya segala dosa-dosa yang ditempuh oleh kedua kakinya bersama dengan air atau bersama tetes air yang terakhir sehingga ia keluar dalam keadaan bersih dari dosa-dosa ”. (HR. Muslim)[1]

Diriwayatkan dari Imam Ja'far Shodiq, Suatu hari Amirul Mukminin Ali Bin Abi Thalib sedang duduk dan disampingnya ada anaknya yang bernama Muhammad. Imam Ali berkata: Hai anakku ambillah bejana air, aku hendak berwudhu. Muhammad memberikan ayahnya sebuah bejana.

1. Lalu Imam Ali mencuci tangan kanannya dengan tangan kirinya kemudian ia membaca doa:

بِسْمِ اللَّهِ وَ بِاللَّهِ وَ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي جَعَلَ الْمَاءَ طَهُوراً وَ لَمْ يَجْعَلْهُ نَجِسا

Dengan menyebut nama Allah yang telah menjadikan air sebagai alat bersuci dan tidak menjadikannya najis.

2. Kemudian ia beristinja' dan berdoa:

اللَّهُمَّ حَصِّنْ فَرْجِي وَ أَعِفَّهُ وَ اسْتُرْ عَوْرَتِي وَ حَرِّمْنِي عَلَى النَّار

Ya Allah pelihara dan sucikanlah kehormatanku serta tutupilah auratku dan haramkanlah aku dari neraka.

3. Ia berberkumur dan berdoa:

اللَّهُمَّ لَقِّنِّي حُجَّتِي يَوْمَ أَلْقَاكَ وَ أَطْلِقْ لِسَانِي بِذِكْرِكَ وَ شُكْرِكَ

Ya Allah pertemukanlah aku dengan hujjahku pada hari perjumpaan kepada-Mu, dan fasihkanlah lisanku.

4. Kemudian Imam memasukkan air ke hidungnya dan berdoa:

اللَّهُمَّ لَا تُحَرِّمْ عَلَيَّ رِيحَ الْجَنَّةِ وَ اجْعَلْنِي مِمَّنْ يَشَمُّ رِيحَهَا وَ رَوْحَهَا وَ طِيبَهَا

Ya Allah jangan Engkau mengharamkan wangi surga kepadaku dan jadikanlah aku orang yang dapat mencium wangi surga dan keindahannya.

5.Setelah itu, ia membasuh wajahnya dan berkata:

اللَّهُمَّ بَيِّضْ وَجْهِي يَوْمَ تَسْوَدُّ فِيهِ الْوُجُوهُ وَ لَا تُسَوِّدْ وَجْهِي يَوْمَ تَبْيَضُّ فِيهِ الْوُجُوهُ

Ya Allah putihkanlah wajahku pada hari sebagian wajah memutih dan sebagian yang lain hitam pekat. Jangan Engkau hitamkan wajahku, pada hari sebagian wajah manusia memutih dan sebagian lagi hitam pekat.


5. Kemudian ia membasuh tangan kanannya sambil berdoa:

اللَّهُمَّ أَعْطِنِي كِتَابِي بِيَمِينِي وَ الْخُلْدَ فِي الْجِنَانِ بِيَسَارِي وَ حَاسِبْنِي حِسَاباً يَسِيراً

Ya Allah berikanlah kitabku dengan tangan kananku dan kekalkanlah aku di surga dengan tangan kiriku.

 6. Lalu ia melanjutkan membasuh tangan kirinya dan berdoa:

اللَّهُمَّ لَا تُعْطِنِي كِتَابِي بِيَسَارِي وَ لَا تَجْعَلْهَا مَغْلُولَةً إِلَى عُنُقِي وَ أَعُوذُ بِكَ رَبِّي مِنْ مُقَطَّعَاتِ النِّيرَانِ

Ya Allah jangan Engkau berikan kitabku dengan tangan kiriku dan jangan pula Engkau belenggu leherku dengan tanganku ini dan aku berlindung kepada-Mu dari siksa neraka.

7. Selanjutnya ia mengusap kepalanya dan berdoa:

اللَّهُمَّ غَشِّنِي بِرَحْمَتِكَ وَ بَرَكَاتِكَ وَ عَفْوِكَ

Ya Allah limpahkanlah rahmat, berkah dan maaf-Mu kepadaku

8. Dan terakhir ia membasuh kedua kakinya sambil berdoa:

اللَّهُمَّ ثَبِّتْنِي عَلَى الصِّرَاطِ يَوْمَ تَزِلُّ فِيهِ الْأَقْدَامُ وَ اجْعَلْ سَعْيِي فِيمَا يُرْضِيكَ عَنِّي يَا ذَا الْجَلَالِ وَ الْإِكْرَامِ

Ya Allah tetapkan aku di Syirat pada hari ketika kaki manusia tergelincir dan jatuh, jadikanlah usahaku memperoleh ridha-Mu.

Kemudian ia memandang anaknya dan berkata: Hai Muhammad siapa yang berwudhu seperti wudhuku ini dan ia berkata seperti apa yang aku katakan, Allah akan menjadikan setiap tetesnya seorang malaikat yang senantiasa mensucikan-Nya, bertasybih kepada-Nya dan membesarkan-Nya, lalu Allah mencatat sebagai pahala sampai hari kiamat.[2]
Barang siapa yang wudhunya “sempurna”, maka shalatnya menjadi “sempurna”, dan tingkah lakunya (akhlaknya) menjadi “sempurna”.




Daftar Rujukan:
1. Shohih Muslim, http://library.islamweb.net/hadith/display_hbook.php…
2. Syekh Soduq, Man La yahdurulfaqih, Bab Sifat Wudhu' Amirul mukminin, Juz:I, hal 42, http://www.mezan.net/…/html/ara/books/faqih/faqih-1/a10.html



by: @ Cahaya Gusti

0 komentar:

Posting Komentar