INTI PADMA

Icon INTI PADMA
SANGGAR
SATTVIKA MEDITASI

Entri Populer

CONTACT

Telepon Call
TELEPHONE & SMS
Hp : 0857-2877-5740 ( m3 ) Hp : 0852-0042-3557 ( AS )

Blackberry Toko Online
BLACKBERRY
7D603818

Icon WhatsApp
WhatsApp
No: 0857-2877-5740

DONASI


a/n Ahmad sodik
No: 422-100-320-3267

Anda pengunjung ke

Translate

Minggu

HATI NURANI

Foto Cahaya Gusti.


Dulu saya pernah berkunjung ke almarhum Kiyai Mahfud, rumahnya dekat alas purwo. Saat lagi ngobrol ada tamu seorang wanita, mintak tolong anaknya cewek sudah dewasa tapi belum dapat jodoh, akhirnya Kiyai Mahfud diam sebentar lalu memberikan resepnya, agar tiap hari anak tersebut minum jamu temu lawak.
Lalu ada juga orang datang mintak tolong sepeda motornya hilang dicuri maling, sama kiyai disuruh mbakar rumput teki di malam hari. Yang paling unik adalah ada seorang nelayan berkeluh kesah, perahunya jarang dapat tangkapan ikan, oleh beliau diajak keluar rumah, lalu diambilkan daun bambu untuk ditaruk diperahunya. Dengan izin Allah besoknya perahunya dapat ikan banyak.

Karena penasaran, sayapun bertanya, “Mbah Yai, kok unik dan aneh sekali, ketika anda memberikan syarat kepada mereka, kenapa bukan doa atau garam seperti umumnya?” Beliau menjawab, “ Nak, semua itu bukan kehendakku tetapi saya itu hanya ikut kehendak pengeranku dewe atau hati nuraniku. “
Uniknya cara yang diberikan oleh kiyai jika dipakai oleh orang lain tidak terkabul doanya. Jadi tidak bisa dicopy paste. Setiap orng yang datang ke beliau petunjuknya tergantung dari hati nurani beliau. Sebelum pulang beliau berpesan ke penulis, “ ikuti kretek hatimu nak dalam segala hal”. Ya mbah Yai”. Jawabku sambil mohon pamit pulang.

Makna Hati Nurani

Hati Nurani adalah hati yang dipenuhi cahaya Allah, nurani berasal dari bahasa arab dari kata Nur artinya “cahaya, terang”. Sedangkan dalam kamus Bahasa Indonesia, nurani artinya “terang bercahaya”.
Dalam istilah Jawa hati nurani disebut dengan Gusti yaitu baguse ati (hati yang terpuji). Dalam tradisi jawa ada sebuah pepatah, “Gusti iku dumunung ana atining manungsa kang becik, mulo iku diarani Gusti iku bagusing ati.” (Tuhan berada di dalam hati manusia yang baik, oleh sebab itu disebut Gusti (bagusing ati).
Jadi manunggaling kawulo marang Gusti itu artinya bersatunya manusia dengan hati nuraninya setiap perbuatan sikap dan ucapan harus sesuai dengan hati nurani. Dengan konsep di atas, maka tidak bertentangan dengan al-Qur’an dan hadits. Jika artinya bersatunya manusia dengan Tuhan-Nya malah membingungkan, karena manusia tidak bisa bersatu dengan Dzat Tuhan. Rasulullah menyebutkan dalam sebuah hadits Qudsy:

مَا وَسِعَنِي سَمَائِي وَلا أَرْضِي ، وَلَكِنِّي وَسِعَنِي قَلْبُ عَبْدِي الْمُؤْمِنِ

“Tidak dapat memuat Dzat-Ku bumi dan langit-Ku, kecuali “Hati” hamba-Ku yang mukmin” [1]

Sumber Hati Nurani
Hati nurani ketika membimbing manusia dapat berupa gambar atau tulisan yang sering juga disebut tulisan tanpo papan (tulisan tanpa papan tulis), kadang juga berupa suara, yang sering diebut suoro tanpo rupo (suara tanpa wujud). Suara hati nurani itu bersumber dari Sang Pencipta, yaitu Allah Swt.:

الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ فَلا تَكُنْ مِنَ الْمُمْتَرِينَ

Kebenaran itu berasal dari Tuhanmu, karena itu janganlah kamu termasuk orang-orang yang ragu-ragu. (Ali Imran ayat 60)

Ibnu ‘Athaillah As-Sakandari dalam kitab Al-Hikam menjelaskan mengenai sumber suara hati nurani yaitu:

إنّما اَوْرَدَ عليك الواردُ لتكون به عليه وارِدًا

(Sesungguhnya Allah mendatangkan cahaya ilahi {warid} itu kepadamu agar kamu dengan warid itu menjadi orang yang menghadap dan masuk ke hadiratNya).[2]

Suara hati nurani adalah fitrahnya manusia yang datang dari Allah. Suara hati nurani seorang insan akan selalu baik ketika nur Allah sudah meresap dan menetap di hatinya. Menurut Al-Arif billah Ahmad bin Muhammad bin Ajibah al-Hasani, pengarang kitab Iqazhu al- Himam fi Syarhi al-Hikam, bahwa cahaya Allah yang diletakkan di hati hambaNya ( nūr warid ) melalui tiga fase :

1. Nūr Islam, cahayanya seperti bintang, lemah. Cahaya ini merubah keadaan hamba dari gelapnya kekufuran dan kedurhakaan kepada cahaya keislaman, tunduk dan patuh kepada Tuhannya. Disebut juga dengan nūr syari’at.
2. Nūr Iman, cahayanya menyinari hati manusia agar ikhlas beramal dan mengabdi kepadaNya. Disebut juga dengan nūr thariqat.
3. Nūr Ihsan, yaitu cahaya yang menyingkap gelapnya terhijab dari Allah, sehingga orang yang berada pada maqam ini sudah tidak ada lagi penghalang antara hamba dan Allah. [3]


Penutup

Ditempatku ada Yayasan TK, para pendiri Yayasan mengadakan rapat untuk mendirikn MI (SD.) karena kondisi saya flu saya tidur habis magrib tidak ikut rapat, ketika isya’ hati nurani saya mmebangunkan saya, “Bangun, bangun, orang-orng rapat, tapi MI (SD.)nya nanti gak apat murid dan tidak laku”.
Lalu saya bangun dan bertanya kepada ibu saya, “apakah ada rapat di musholla,”? ibu ku menjawab, “Ya banyak orang rapat”. Sayapun meceritakan kalau nanti sekolahnya tidak laku dan tidak dapat murid, orangtuaku membantah dan tidak percaya. Selesai rapat , orang-orang saya beritahu, mereka tidak percaya dan meremehkan.
Dapat satu minggu umbul-umbul dan sepanduk dipasang untuk menjaring Siswa MI (SD.), dapat dua minggu panitia mengklaim sudah dapat murid 25 siswa. Setelah satu bulan ketika jadwal masuk kelas ternyata tidak ada siswa/murid yang datang alias tidak laku.
Ternyata petunjuk dari hati nurani tidak pernah meleset......


(Bersambung)

Literatur:
1. http://library.islamweb.net/hadith/display_hbook.php…
2. Ibnu ‘Athaillah, Hikmah Al-Hikam, http://www.qudwa1.com/?page=articles/24/24-001
3. Ahmad bin Muhammad bin Ajibah al-Hasani, Iqazhu al- Himam fi Syarhi al-Hikam, http://alturath.info/…/eloum/eiqaz.alhemam/eiqaz.alhemam.htm



by: Cahaya Gusti






0 komentar:

Posting Komentar