INTI PADMA

Icon INTI PADMA
SANGGAR
SATTVIKA MEDITASI

Entri Populer

CONTACT

Telepon Call
TELEPHONE & SMS
Hp : 0857-2877-5740 ( m3 ) Hp : 0852-0042-3557 ( AS )

Blackberry Toko Online
BLACKBERRY
7D603818

Icon WhatsApp
WhatsApp
No: 0857-2877-5740

DONASI


a/n Ahmad sodik
No: 422-100-320-3267

Anda pengunjung ke

Translate

Senin

AIR MATA DZIKIR

Dari Ubaidullah bin Umair rahimahullah, suatu saat dia pernah bertanya kepada Aisyah radhiyallahu’anha, “Kabarkanlah kepada kami tentang sesuatu yang pernah engkau lihat yang paling membuatmu kagum pada diri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam?”.
Maka ‘Asiyah pun terdiam lalu mengatakan, “Pada suatu malam, beliau (nabi) berkata, ‘Wahai Aisyah, biarkanlah malam ini aku sendirian untuk beribadah kepada Rabbku.’ Maka aku katakan, ‘Demi Allah, sesungguhnya saya sangat senang dekat dengan anda. Namun saya juga merasa senang apa yang membuat anda senang.’ Aisyah menceritakan, ‘Kemudian beliau bangkit lalu bersuci dan kemudian mengerjakan shalat.’


Aisyah berkata, ‘Beliau terus menerus menangis sampai-sampai basahlah bagian depan pakaian beliau!’. Aisyah mengatakan, ‘Ketika beliau duduk [dalam shalat] maka beliau masih terus menangis sampai-sampai jenggotnya pun basah oleh air mata!’. Aisyah melanjutkan, ‘Kemudian beliau terus menangis sampai-sampai tanah [tempat beliau shalat] pun menjadi ikut basah [karena tetesan air mata]!”.
Lalu datanglah Bilal untuk mengumandangkan adzan shalat (Subuh). Ketika dia melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menangis, Bilal pun berkata, ‘Wahai Rasulullah, anda menangis? Padahal Allah telah mengampuni dosa anda yang telah berlalu maupun yang akan datang?!’. Maka Nabi pun menjawab, ‘Apakah aku tidak ingin menjadi hamba yang pandai bersyukur?!

Sesungguhnya tadi malam telah turun sebuah ayat kepadaku, sungguh celaka orang yang tidak membacanya dan tidak merenungi kandungannya!:

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِّأُولِي الْأَلْبَابِ

“Sesungguhnya, dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang, terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal.” (QS. Ali Imran : 190).”
Kemudian belliau bersabda: sungguh rugi orang yang membacanya tanpa disertai dengan tafakkur. (HR. Ibnu Hiban). [1]

Dalil Dzikir Sambil Menangis
Menangis karena takut kepada Allah dalam beribadah dan dzikir sangat dianjurkan sekali dalam al-Qur'an dijelaskan antara lain:

وَيَخِرُّونَ لِلأذْقَانِ يَبْكُونَ وَيَزِيدُهُمْ خُشُوعًا

Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu '. (Qs. Al-Isrâ '[17]: 109).

إِذَا تُتْلَى عَلَيْهِمْ آيَاتُ الرَّحْمَنِ خَرُّوا سُجَّدًا وَبُكِيًّا

Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis. (Qs. Maryam [19]: 58).

Dalam riwayat yang shahih menceritakan adanya tujuh golongan yang akan diberi naungan oleh Allah Ta’ala pada hari Kiamat, diantaranya adalah point yang menyebutkan:

وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ

“Dan laki-laki yang berdzikir kepada Allah dengan menyendiri lalu berlinanglah air matanya.” (HR Muslim) [2]

Dalam riwayat lain Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam juga bersabda:

عَيْنَانِ لاَ تَمَسُّهُمَا النَّارُ : عَيْنٌ بَكَتْ مِنْ خَشْيَةِ اللهِ وَعَيْنٌ بَاتَتْ تَحْرُسُ فِي سَبِيْلِ اللهِ رواه الترمذي

“Dua mata yang tidak tersentuh api Neraka: Mata yang menangis karena takut kepada Allah dan mata yang melek berjaga dijalan Allah.” (HR. Turmudzi ) [3]

Dzikir yang baik adalah dzikir yang dengannya dapat menjadikan seseorang semakin dekat dengan Allah Ta’ala, semakin mengakui akan kebesaran-Nya dan menumbuhkan rasa takut kepada-Nya. Dzikir yang baik adalah dzikir yang dapat menjadikan hatinya tenang, pikirannya jernih, perasaannya nyaman dan jiwanya tentram.

Ketika seseorang sedang melantunkan lafadz-lafadz dzikir secara refleks ia menitikkan air matanya dan menangis, maka mudah-mudahan inipun menjadi tanda kebaikan seseorang. Asalkan tangisan tersebut tidak direkayasa atau dibuat-buat. Apalagi jika hal itu dilakukan untuk menaruh simpati dari orang lain, maka ini menjadi perbuatan yang tercela, karena ada unsur-unsur riya didalamnya.

Jadi, dzikir yang paling baik adalah dzikir yang dapat menjadikan diri seseorang itu tenang dan menumbuhkan rasa takut dan yang tingkat tinggi adalah rasa cinta kepada Allah, baik ia melakukannya sambil menangis karena terlalu menjiwai lafadz-lafadz dzikir yang ia ucapkan ataupun tidak sambil menangis, karena toh tidak setiap kali Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam berdzikir beliau melakukannya sambil menangis.

Type manusia ada dua yaitu ada yang rasional, melihat dan bertindak dalam segala sesuatu dengan menggunakan logika, sedangkan yang satunya adalah type emosional yaitu orang yang lebih dominan menggunakan perasaannya dalam menilai sesuatu.

Bagi orang yang rasional, maka ibadah/dzikir sambil menangis bisa jadi mengalami kesulitan. Sedangkan bagi orang yang emosional maka akan sangat mudah sekali mengeluarkan air mata, jika hatinya mengalami kesedihan, punya problem atau tekanan. Sehingga ketika dzikir akan lebih mudah menitikkan air mata
Jelaslah bahwa dorongan menangis itu datang dari jiwa diri orang yang menangis itu sendiri, karena adanya sentuhan jiwa atau rangsangan batin. Tangis tidak bisa diada-adakan atau dipaksakan dari luar tanpa ada sesuatu yang merangsang menyentuh kedalam jiwa.

Macam-macam Tangisan

Tangisan itu beraneka macam sebabnya, menurut Ibnu Qayyim Dalam kitabnya Zaadul Ma’ad, beliau menjelaskan bahwasanya ada 10 Jenis Tangisan:

1.Tangisan karena takut dan khawatir.

2.Tangisan karena kasihan dan tidaktega.

3.Tangisan karena cinta dan rindu.

4.Tangisan karena gembira dan bahagia
.
5. Tangisan karena sedih disaat ditimpa musibah yang tidak mampu ditanggungnya.

6. Tangisan kepedihan.

Bedanya dengan tangis ketakutan, bahwa tangis kepedihan hati ini merupakan tangis atas sesuatu yang tidak disukai (musibah) atau perginya orang atau sesuatu yang dicintai dan itu sudah lewat. Adapun tangis ketakutan adalah tangis tehadap apa yang bakal terjadi di masa yang akan datang. Adapun perbedaan tangis kesedihan dan kegembiraan dengan tangis kebahagiaan adalah air mata kegembiraan dan terasa dingin lagi sejuk sedang hari merasa senang. Adapun air mata kesedihan, ia terasa panas dan suasana hati diliputi duka. Dari itulah, dikatan pada sesuatu yang menjadi faktor kegembiraan "ia adalah penyejuk pandangan mata (Qurratu 'ain)". Adapun terhadap apa yang menjadi sebab kesedihan dikatakan "ia sesuatu yang menyebalkan mata" serta " Semoga Allah menyebalkan matanya dengan itu"

7. Tangisan Kelemahan dan ketidakberdayaan.

8. Tangisan Kemunafikan, yaitu matanya menangis akan tetapi hatinya tumpul dan mengeras.

9. Tangisan karena bayaran, yaitu seperti tangisan orang yang dibayar untuk bela sungkawa atau duka atas mayit (An-Naaihah). Hal itu sebagaimana yang dikatakan oleh Umar Bin Al-Khattab R.A. "Engkau menjual air matanya dan menangisi kesedihan selainnya?"

10. Tangisan Solidaritas, yaitu seorang yang menangis karena ia menyaksikan banyak manusia bersama-sama menangis karena tertimpa sesuatu. Ia ikut menangis akan tetapi tidak mengetahui untuk apa orang-orang lain tadi menangis. Ia melihat menangis mereka menangis, lalu iapun ikut menangis.[4]

Bagi orag yang typenya emosional, maka dzikir sambi menangis mudah untuk dikerjakaan, tapi bagi type orang yang rasional akan sulit mengalami dzikir sambil menangis. Jangan hawatir, tujuan dzikir itu bukan menangis, melainkan ingat dan fokus kepada Allah. Lanjutkan saja dzikirnya sampai menuju pintu hati yang lebih dalam.

Pintu-pintu hati itu ada tujuh: 1. Dada, 2. Qolb, 3. Fu’ad, 4. Syaqof, 5. Lubb, 6. Sirr, 7. Aku. Maka barang siapa yang dzikirnya sudah sampai di pintu hati nomer empat yaitu syaqof artinya cinta yang mendalam kepada Allah. Maka bagi orang dzikir akan menangis karena rindu dan cinta kepada Allah.
Siapapun kita yang biasanya sulit menangis ketika dzikir karena type rasionalitas dll., maka ketika masuk ke pintu hati syaqof, diri kita akan roboh dan tidak berdaya karena merasakan hebatnya cinta kepada Allah.

Jika sekiranya, orang mukmin mengetahui sebagaimana yang diketahui oleh Rasulullah Saw, niscaya mudah menangis dan malu kepada-Nya. Rasulullah Saw bersabda (diriwayatkan dari sahabat Anas Ibn Malik Ra)
:
لَوْ تَعْلَمُوْنَ مَاأَعْلَمُ لَضَحِكْتُمْ قَلِيْلاً وَلَبَكَيْتُمْ كَثِيْرًا. قَالَ: فَغَطَّى أَصْحَاب رَسُولِ اللهِ صلى اللهُ عَليهِ وَسَلَّمَ وُجُوهَهُم لَهُمْ خَنِيْنٌ

Jika kamu semua mengetahui seperti apa yang aku ketahui, pasti kamu semua sedikit tertawa dan banyak menangis. Sahabat Anas berkata : Kemudian semua sahabat Rasulullah Saw. menyembunyikan wajahnya (karena malu), dan menangis bersenggukan. [5]

Sebuah kisah tentang cucu Nabi Saw. yaitu Imam Ali Zainal Abidin, putranya Sayidina Husein, sebuah riwayat yang berasal dari Thawus Al-Yamani r.a berkata : " Suatu malam aku melihat Imam 'Ali Zainal Abidin r.a melakukan Thawaf di Ka'bah yang dimulai sejak habis sholat Isya' haingga jauh malam.Ketika suasana telah sunyi dan beliau r.a telah yakin tidak ada orang yang melihatnya,beliau r.a berdiri sambil mengarahkan pandangan matanya ke langit.

Aku terus memperhatikan beliau r.a dari jarak yang semakin dekat.Aku melihat beliau r.a mengangkat kedua tangannya dan kudengar beliau r.a bermunajat kehadirat Allah swt. Aku selalu mengingat doa yang beliau r.a ucapkan pada malam itu,dan tidak akan pernah aku lupakan.aku mendengar Beliau r.a berdoa : " Ya Allah,Tuhanku,cahaya bintang-bintang dilangit telah mulai pudar,mata para hamba-Mu masih asik terpejam,namun pintu-pintu Rahmat-Mu senantiasa terbuka bagi mereka yang hendak menyampaikan permohonan. Ya Allah, Ya Tuhanku ,aku datang menghadap-Mu dengan harapan memperoleh ampunan dan limpahan Rahmat-Mu dengan memperlihatkan wajah kakekku Rasulullah saw pada hari kiamat kelak ".
Thawus r.a melanjutkan ceritanya : " Agak lama suara beliau r.a terputus, aku kehilangan suara itu,tak lama kemudian terdengar suara isakan tangisan beliau r.a. beberapa saat kemudian aku mendengar lagi beliau r.a berdoa :

" Demi keagungan dan kebesaran-Mu,
Ya Allah, bila aku berbuat maksiat,
itu bukan karena aku sengaja hendak menentang larangan-Mu
dan bukan pula karena aku meragukan Zat-Mu,
dan juga bukan karena aku tidak menyadari
akan Adzab siksa-Mu;
tetapi semuanya itu semata-mata karena kelemahanku menghadapi godaan nafsu.
Ya Allah, siapakah lagi yang dapat menyelamatkan diriku dari Adzab siksa-Mu jikalau bukan Engkau Ya Allah.
Lalu apalagi yang dapat kuandalkan
jika tali hubunganku dengan-Mu
telah Engkau putuskan ?.
Alangkah celaka aku ini ,karena makin bertambah usiaku makin bertambah pula dosa-dosaku. ".

Thawus melanjutkan ceritanya lagi : " Kalimat terakhir itu kedengaran sebagai rintihan dan ratapan. Aku pun tak sanggup lagi menahan air mataku lalu aku memberanikan diriku menghampiri beliau r.a. Dengan air mata yang terus mengucur aku berkata kepada beliau r.a: " Wahai cucu Rasulullah saw, kenapa anda begitu takut dan khawatir? seharusnya yang memiliki rasa takut dan khawatir semacam itu adalah orang-orang yang bergelimang dosa dan maksiat. Sedangkan anda adalah putra Al-Husain bin 'Ali, Putra Fathimah azzahra yang merupakan Putri Rasulullah Saw?".

Melihat kehadiranku beliau r.a sangat terkejut, semula beliau r.a merasa tidak ada orang yang melihatnya beribadah pada malam itu. Tak lama setelah itu beliau r.a menjawab ucapanku : " Hai Thawus, janganlah engkau membawa-bawa nama Ayahku dan nama Kakek nenekku serta Nama Kakekku Rasulullah saw. Ingatlah bahwa Allah menyediakan Surga di Akhirat bagi mereka yang taat dan bersujud kepada-Nya. Ya... walaupun mereka budak berkulit hitam sekalipun.

Janganlah engkau lupa bahwa Allah menyediakan neraka bagi mereka yang bermaksiat dan durhaka kepada-Nya walaupun dia seorang Quraisy terhormat. Apakah engkau tidak pernah membaca Firman Allah :
فَإِذَا نُفِخَ فِي الصُّورِ فَلا أَنْسَابَ بَيْنَهُمْ يَوْمَئِذٍ وَلا يَتَسَاءَلُونَ

artinya :" Apabila sangkakala ditiup maka tidak ada lagi hubungan nasab diantara mereka pada hari itu,dan tidak pula mereka saling bertanya ". (Qs. Al-Mu'minun: 101 )

Hai Thawus, pada hari kiamat tidak ada sesuatu yang dapat menolongmu atau bermanfaat bagimu selain amal kebajikan yang telah kau perbuat ".

Mendengar jawaban beliau r.a yang teramat sangat penuh kezuhudan itu aku pun menunduk tersungkur ke tanah dan menangis sejadi jadinya". lanjut Thawus menutup ceritanya. [6]
Sebagai penutup saya nukilkan dari Kitab ‘Awarif al-Ma’arif, penulis Imam Suhrawardi dalam bab 24. Diriwayatkan dari Bakir Ibn Abdullah al-Asyaj, Rasulullah Saw bersabda :

أللهُمَّ ارْزُقْنِي عَيْنَيْنِ هَطَالَتَانِ

Ya Allah, berilah aku dua mata yang mudah menangis. [7]


Daftar Rujukan:

[1] Tafsir Ibnu Katsir, Surat Ali –Imron ayat 190,
http://library.islamweb.net/newlibrary/display_book.php…, http://quran.ksu.edu.sa/tafseer/katheer/sura3-aya194.html
[2] Shohi Muslim, Kitab Zakat,
http://library.islamweb.net/hadith/display_hbook.php…
[3] Imam Turmudzi, Sunan At-irmidzi, Abwabu Fadhoil al-Jihad,
http://hadithportal.com/index.php…
[4] Ibnu Qayyim, Zaadul Ma’ad, Muassasah Risalah, Th 1998, hal. 53.
http://library.islamweb.net/newlibrary/display_book.php…, http://waqfeya.com/book.php?bid=5138]
[5] Sunan At-Tirmidzi, http://library.islamweb.net/newlibrary/display_book.php… &ID=&idfrom=2234&idto=2235&bookid=2&startno=0,
Riyadus Sholihin, Hadits No. 447, http://www.4muhammed.com/Riyad-us-Saliheen/maher_alfahel/
[6] http://www.erfan.ir/indonesian/54229.html
[7] Imam Suhrawardi, Awarif al-Ma’arif,
http://dar.bibalex.org/webpages/mainpage.jsf…



By : Cahaya Gusti

 

0 komentar:

Posting Komentar