INTI PADMA

Icon INTI PADMA
SANGGAR
SATTVIKA MEDITASI

Entri Populer

CONTACT

Telepon Call
TELEPHONE & SMS
Hp : 0857-2877-5740 ( m3 ) Hp : 0852-0042-3557 ( AS )

Blackberry Toko Online
BLACKBERRY
7D603818

Icon WhatsApp
WhatsApp
No: 0857-2877-5740

DONASI


a/n Ahmad sodik
No: 422-100-320-3267

Anda pengunjung ke

Translate

Minggu

CAKRA SARANA UNTUK

TAZKIYATUN NAFS



Hakikat manusia dalam pandangan Islam terletak pada ruh, bukan pada jasad. Jasad dipahami hanya sebagai instrumen semata. Bahwa segala perilaku manusia berasal dari jiwa. Pada hakikatnya, yang melihat, mendengar, dan merasakan adalah jiwa. Namun inti dari jiwa adalah ruh sebagai hakikat yang abadi yang secara langsung berasal dari Allah SWT.

فَإِذَا سَوَّيْتُهُ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِن رُّوحِي فَقَعُواْ لَهُ سَاجِدِينَ

“Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup kan ke dalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud”. (QS. Al-Hijr : 29)


Ruh adalah rahasia Tuhan yang di tiupkan kepada nafs (jiwa atau badan). Ruh ini menyebut dirinya AKU, yang disebut bashirah (yang mengetahui atas jiwa, qalb, fisik dll. [1]

Ruh adalah simbol nilai-nilai ketuhanan dalam diri manusia, ketika Ruh ditutupi/hijab dengan jasad, ibarat sebuah cahaya yang terang tapi didalam gedung. Maka cahaya tersebut tidak bisa keluar, karena tertutup oleh tembok.

Salah satu caranya adalah membuat lubang atau membongkar tembok, agar cahaya tersebut bisa memancarkan cahayanya keluar menjadi terang. Fungsi dari cakra-cakra dalam tubuh manusia adalah sebagai media agar cahaya Ruh bisa menyinari seluruh tubuh manusia melalui pori-pori dan atom diseluruh tubuh.

Dengan dzikir mengaktifkan dan fokus pada tujuh cakra, maka secara perlahan-lahan kita melubangi “tubuh” agar cahaya ruhani menjadi dominan ketimbang jasmani sebagai simbol hawa nafsu yang selalu mengutamakan materi, ketimbang ruhani.

Oleh karena itu jika manusia lebih dominan unsur jasmaninya maka disebut materialistis, jika unsur ruhani yang dominan disebut dengan manusia Ruhani.
Cakra termasuk bagian dari Ilmu Nafs, yaitu ilmu tentang mengkaji diri sendiri, sebagai jalan untuk mengenal Tuhan.

من عَرَفَ نفسهُ فقد عرف ربَّه

"Barangsiapa yg mengenali dirinya, maka sesungguhnya dia mengenali Tuhannya."

Keseimbangan Dunia dan Akherat

Keseimbangan (At Tawazun) merupakan salah satu prinsip ajaran Islam. Keseimbangan membuka jalan bagi nilai-nilai kebenaran, kebaikan dan keindahan. Keseimbangan akan melahirkan kebahagiaan yang ditandai dengan adanya ketenteraman dan kesejahteraan .

Kehidupan duniawi dan ukhrawi merupakan fitroh yang harus dijalani oleh manusia, sehingga menjalani kehidupan ini dengan memenuhi kebutuhan keduanya tidak dapat dipisah-pisah. Membuat keseimbangan antara dunia dan akhirat merupakan bagian dalam ajaran Islam yang harus dilaksanakan oleh umatnya.

وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الآخِرَةَ وَلا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu. (al-Qoshos:77)

Tujuh cakra dalam tubuh juga berkaitan dengan dunia dan akherat, untuk lebih lengkapnya yaitu: Cakra dasar, cakra sex, cakra pusar adalah yang berkaitan dengan kebutuhan dunia yang berupa sandang, papan, pangan dan penyaluran kebutuhan biologis dan lain-lain. Sedangkan cakra jantung, cakra tenggorokan, cara ajna (kening) dan cakra Mahkota adalah berkaitan dengan akherat yaitu nilai-nilai penyucian jiwa sebagai proses menuju pencerahan atau Marifatullah.

Orang-orang yang cakra dasar, cakra sex, dan cakra pusarnya kotor dan dominan, maka yang dicari dan dikejar adalah hanya uang dan hawa nafsu. Sebaliknya jika yang dominan dan aktif adalah cakra jantung, cakra tenggorokan, cakra ajna (kening) dan cakra mahkota, maka tiap hari hatinya selalu berusaha untuk memberihkan dan memperbaiki diri dari kotoran-kotoran jiwa/hati untuk menuju Allah, dapknya adalah istri dan anak yang terabaikan.

Dengan mengaktifkan dan membersihkan tujuh cakra, maka antara kebutuhan dunia dan kebutuhan akherat menjadi seimbang
.
وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka". (al-Baqoroh:201)

Imam Ali berkata:

 إعمل لدنياك كأنك تعيش أبداً، واعمل لآخرتك كأنك تموت غداً

Kerjakanlah (urusan) duniamu seakan-akan kamu akan hidup selama-lamanya. Dan kerjakan urusan akhiratmu seakan-akan kamu akan mati besok. [2]

Tazkitaun Nafs (Penyucian Jiwa)

Yang dimaksud dengan penyucian diri adalah suatu upaya untuk menghilangkan atau melenyapkan segala kotoran dan najis sifat-sifat tercela yang terdapat dalam diri seseorang secara psikologis dan ruhaniyah.
Dosa-dosa yang dikerjakan setiap hari bisa menutupi hati dan tubuh kita dari cahaya ilahi, sebagaimana Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا أَخْطَأَ خَطِيْئَةً نُكِتَتْ فِي قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فَإِذَا هُوَ نَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ وَتَابَ

سُقِلَ قَلْبُهُ وَإْنَ عَادَ زِيْدَ فِيْهَا حَتَّى تَعْلُوْ قَلْبَهُ

Sesungguhnya seorang hamba jika melakukan perbuatan dosa maka akan tertitik dalam hatinya noda hitam jika ia menghilangkannya dan memohon ampun, dan di ampuni, maka hatinya itu dibersihkan. Jika ia melakukan kesalahan lagi, maka bintik hitam itu akan ditambah sehingga bisa menutupi hatinya. [HR. Tirmidzi] [3 ]

Dengan dzikir di setiap cakra maka proses penyucian jiwa lebih mudah untuk dilaksanakan. Karena ketika dzikir disetiap cakra semua kotoran dosa dan noda dalam jiwa dan tubuh kita dikeluarkan melalui cakra.
Adapun proses Tazkiyatu Nafs (pembersihan jiwa) adalah tiga tahap:

1. Takhalli

Takhalli berarti membersihkan diri dari sifat sifat tercela, dari maksiat lahir dan maksiat bathin, semua dosa dan kotoran tersebut merupakan hijab atau dinding yang membatasi diri dengan Tuhan. [4]
Dalam cakra-cakra terdapat dengan hubungan dengan sifat-sifat dan kecenderungan yang negatif yaitu:

1. Pelit (البخل ).

2. Dengki (الحسد)
.
3. Bodoh (الجهل).

4. Sombong (الكبر)
.
5. Marah ( الغضب ).

6. Sangat cinta dunia (الحرص).

7. Senang melakukan perkara jelek/hina (الشهوة).

8. Mengikuti kesenangannya (sexual) (الهوي).

9. Menipu (المكر).

10. Menggunjing (الغيبة).

11. Riyak/pamer (الرياء).

12. Dholim/Aniaya (الظلم)
.
13. Lupa pada Allah (الغفلة).

14. Bohong(الكذب).

15. Ujub(membanggakan amalnya)( العجب)
.
Semua sifat-sifat di atas, harus dikalahkan dan dibersihkan, sifat sifat tersebut oleh kaum sufi dipandang penting karena sifat sifat ini merupakan najis maknawi (najasah ma’nawwiyah). Adanya najis najis ini pada diri seseorang, menyebabkannya tidak dapat dekat dengan Tuhan.

2. Tahalli

Tahalli adalah upaya menghiasi diri dengan akhlak terpuji, berusaha agar dalam setiap gerak perilaku selalu berjalan diatas ketentuan agama, baik kewajiban yang bersifat luar maupun yang bersifat dalam. Kewajiban yang bersifat luar adalah kewajiban yang bersifat formal, seperti sholat, puasa, dan haji. Adapun kewajiban yang bersifat dalam, contohnya yaitu iman, ketaatan, dan kecintaan kepada Tuhan.
Adapun sifat-sifat terpuji yang terdapat dalam cakra-cakra yang harus ikembangkan dalam diri manusia adalah sebagai berikut:

1. Dermawan (السخاوة)

2. Qona’ah (القناعة).

3. Taubat (التوبة).

4. Tawadhu’ (التواضع)
.
5. Sabar (الصبر).

6. Mempertahankan (التحمل)
.
7. Lemah lembut(الحلم).

8. Memberi (الجود).

9. Tawakkal (التوكل)
.
10. Ibadah (العبادة).


11. berSyukur (الشكر)
.
12. Ridho (. الرضى).

13. Takut kepada Allah (خشية).

14. Dzikir (الذكر).

15. Ikhlas (الاخلاص).

16. Menepati janji (الوفاء)
.
17. Waro’/ menjaga dari perkara syubhat (الورع ).

18. Zuhud (الزهد).

19. kemuliaan(الكرامات).

20. Rindu kepada Allah (العشق).

21. Baik budi pekertinya (حسن الخلق )
.
22. Belas kasih kepada semua makhluk (اللطف بالخلق).

23. Meninggalkan semua perkara selain Allah(ترك ما سوى الله ).

24. Taqorrub, mendekatkan diri kepada Allah(التقرب الى الله )
.
25. Berfikir tentang keagungan Allah(التفكر فى عظمة الله)
.
26. Ridho dengan pembagian dari Allah(الرضى بما قسم الله )
.
Proses takhalli dan tahalli, Imam Ghozali Dalam Kitabnya Arbain Fi Ushul al-Din menjelaskan sangat panjang berkaitan dengan macam-macam akhlakul madzmumah ( akhlak yang tercela) yang harus dikalahkan dan dibersihkan dalam setiap jiwa. Kemudian diisi dengan akhlakul Mahmudah (akhlak yang terpuji). [5]

3. Tajalli,

Setelah tahap ‘penyucian diri’ dan ‘penghias diri’, sebagai tahap ketiga adalah Tajalli. Yaitu, tahapan dimana kebahagian sejati telah datang. Ia lenyap dalam wilayah Jalla Jalaluh, Allah subhanahu wata’ala. Ia lebur bersama Allah dalam kenikmatan yang tidak bisa dilukiskan. Ia bahagia dalam keridho’an-Nya. Pada tahap ini, para sufi menyebutnya sebagai ma’rifah, orang yang sempurna sebagai manusia luhur. [6]
Dzikir Untuk Membersihkan Cakra

Cara Dzikir Buka Cakra (jalur Enerji dalam tubuh) adalah:

1. Duduk bersila menghadap kiblat dlm kondisi wudhu

2. Dudukya rileks, tapi tubuh harus tegap tidak boleh bungkuk, tapi santai dan rileks, pejamkan kedua mata.

3. Sebelum dzikir baca: Ilahi anta maqsudii waridhoka matlubii a’tinii mahabbatika wa ma’rifatika

4. Lalu pusatan pikiran ke cakra dasar dipantat, niatkan buka cakra dipantat dan baca dzikir Allah 1000x

5. Lalu pusatan pikiran ke cakra sex di kelamin tembus ke belakang di atas pantat, niatkan buka cakra sex dan baca dzikir Allah 1000x

6. Lalu pusatan pikiran ke cakra pusar tembus ke belakang, niatkan buka cakra pusar dan baca dzikir Allah 1000x

7. Lalu pusatan pikiran ke cakra jantung di dada tembus kebelakang, niatkan buka cakra jantung dan baca dzikir Allah 1000x

8. Lalu pusatan pikiran ke cakra Tenggorokan tembus ke belakang, niatkan buka cakra Tenggorokan dan baca dzikir Allah 1000x

9. Lalu pusatan pikiran ke cakra ajna di kening tembus kebelakang, niatkan buka cakra ajna dan baca dzikir Allah 1000x

10. Lalu pusatan pikiran ke cakra mahkota di kepala (ubun2), niatkan buka cakra mahkota dan baca dzikir Allah 1000x

11. Membaca doa-doa cahaya

12. Setelah semua cara dibuka dengan dzikir Allah, lalu diamlah duduk meditasi tanpa baca apa-apa, hanya fokus dikeluar-masuk nafas di hidung, waktu lamanya terserah anda.

13. Setelah selesai, kedua tangan anda hadapkan ke depan, sambil berkata: untuk semua makhluk alfateha........... selesai.

Dikerjakan selama 40 hari, siang satu kali, malam satu kali waktnya terserah anda, misalkan bisa diamalkan setelah sholat magrib dan setelah sholat subuh.

Tanda sebuah cakra sudah aktif adalah munculnya getaran halus atau seperti ada yang bolong pada tempat cakra tersebut. Lalu tahapan berikutnya adalah mengamalkan tehnik di atas siang dan malam (24 jam) sebanyak tujuh kali kali dzikir, selama 10 hari.

Doa-Doa Mohon Cahaya Ilahi

Doa-doa di bawah ini sangat baik sekali dibaca setelah dzikir membuka cakra, sehingga cahaya ilahi semakin banyak masuk kedalam tubuh, jiwa, hati untuk membersihkan semua dosa dan enerji negatif dalam dalam diri kita.

اَللَّهُمَّ اجْعَلْ فِيْ قَلْبِيْ نُوْرًا، وَفِيْ لِسَانِيْ نُوْرًا، وَفِيْ سَمْعِيْ نُوْرًا، وَفِيْ بَصَرِيْ نُوْرًا، وَمِنْ فَوْقِيْ نُوْرًا، وَمِنْ تَحْتِيْ نُوْرًا، وَعَنْ يَمِيْنِيْ نُوْرًا،
وَعَنْ شِمَالِيْ نُوْرًا، وَمِنْ أَمَامِيْ نُوْرًا، وَمِنْ خَلْفِيْ نُوْرًا، وَاجْعَلْ فِيْ نَفْسِيْ نُوْرًا، وَأَعْظِمْ لِيْ نُوْرًا، وَعَظِّمْ لِيْ نُوْرًا، وَاجْعَلْ لِيْ نُوْرًا،

 وَاجْعَلْنِيْ نُوْرًا، اَللَّهُمَّ أَعْطِنِيْ نُوْرًا، وَاجْعَلْ فِيْ عَصَبِيْ نُوْرًا، وَفِيْ لَحْمِيْ نُوْرًا، وَفِيْ دَمِيْ نُوْرًا، وَفِيْ شَعْرِيْ نُوْرًا، وَفِيْ بَشَرِيْ نُوْرًا
.(
اَللَّهُمَّ اجْعَلْ لِيْ نُوْرًا فِيْ قَبْرِيْ … ونُوْرًا فِيْ عِظَامِيْ ) (وَزِدْنِيْ نُوْرًا، وَزِدْنِيْ نُوْرًا، وَزِدْنِيْ نُوْرًا) (وَهَبْ لِيْ نُوْرًا عَلَى نُوْرٍ
)
.
Ya Allah ciptakanlah cahaya di hatiku, cahaya di lidahku, cahaya di pendengaranku, cahaya di penglihatan-ku, cahaya dari atasku, cahaya dari bawahku, cahaya di sebelah kananku, cahaya di sebelah kiriku, cahaya dari depanku, dan cahaya dari belakangku. Ciptakanlah cahaya dalam diriku, perbesarlah cahaya untukku, agungkanlah cahaya untukku, berilah cahaya untuk-ku, dan jadikanlah aku sebagai cahaya. Ya Allah, berilah cahaya kepadaku, ciptakan cahaya pada urat sarafku, cahaya dalam dagingku, cahaya dalam darahku, cahaya di rambutku, dan cahaya di kulitku”[Ya Allah, ciptakan-lah cahaya untukku dalam kuburku … dan cahaya dalam tulangku”][“Tambahkanlah cahaya untukku, tambahkanlah cahaya untukku, tambahkanlah cahaya untukku”][“dan karuniakanlah bagiku cahaya di atas cahaya”] (Hr. Muslim) [7]

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى نُوْرِ اْلاَنْوَارِ وَسِرِّ اْلاَسْرَارِ وَتِرْيَاقِ اْلاَغْيَارِ وَمِفتَاحِ بَابِ الْيَسَارِ سَيِّدِنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدِ نِالْمُخْتَارِ وَالِهِ اْلاَطْهَرِ وَاَصْحَابِهِ

اْلاَخْيَارِ عَدَدَ نِعَمِ اللهِ وَاِفضَالِهِ

“Ya Allah, limpahkanlah shalawat atas cahaya di antara segala cahaya, rahasia di antara segala rahasia, penawar duka dan pembuka pintu kemudahan, Sayyidina Muhammad manusia pilihan, juga kepada keluarganya yang suci dan sahabatnya yang baik, sebanyak jumlah kenikmatan Allah dan karuniaNya.” [8]

اللَّهُ نُورُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ مَثَلُ نُورِهِ كَمِشْكَاةٍ فِيهَا مِصْبَاحٌ الْمِصْبَاحُ فِي زُجَاجَةٍ الزُّجَاجَةُ كَأَنَّهَا كَوْكَبٌ دُرِّيٌّ يُوقَدُ مِنْ شَجَرَةٍ مُبَارَكَةٍ

زَيْتُونَةٍ لَا شَرْقِيَّةٍ وَلَا غَرْبِيَّةٍ يَكَادُ زَيْتُهَا يُضِيءُ وَلَوْ لَمْ تَمْسَسْهُ نَارٌ نُورٌ عَلَى نُورٍ يَهْدِي اللَّهُ لِنُورِهِ مَنْ يَشَاءُ وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ

 وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

“Allah adalah cahaya langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah adalah ibarat misykat yang di dalamnya terdapat pelita besar. Pelita itu di dalam kaca, dan kaca misykat itu bagaikan bintang yang bercahaya, seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur sesuatu, juga tidak di sebelah barat (nya). Yang minyaknya (saja) nyaris menerangi, walaupun tidak disentuh oleh api. Cahaya itu di atas segala cahaya. Allah membimbing kepada cahaya-Nya bagi siapa saja yang Dia kehendaki, dan membuat perumpamaan kepada manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al-Nur, 24 : 35).



Daftar Pustaka:

[1] as-Shobuni, Sofwatu Tafasir, surat Al-qiayamah : 14, http://www.altafsir.com/Tafasir.asp…
[2] http://www.alseraj.net/alseraj1/zad/pages_txt_17.htm
[3] Hr. Tirmidzi, http://library.islamweb.net/newlibrary/display_book.php…
[4] http://liberalls.org/vb/showthread.php?t=53030
[5] Imam Ghozali, Arbain Fi Ushul al-Din, Damsyik: Dar al-kolam, hal 112. Atau lihat di: http://3almnow.blogspot.co.id/2015/07/blog-post_58.html#
[6] http://www.marefa.org/index.php/%D8%AA%D8%AC%D9%84%D9%8A
[7] Shohih Muslim, http://library.islamweb.net/hadith/display_hbook.php…
[8]Sholawat Badawy, http://kenanaonline.com/users/AlaaMarei/posts/570525



BY : Cahaya gusti


 

0 komentar:

Posting Komentar